Namun bagi anak muda, hujan pasti menyimpan banyak kenangan. Entah itu kenangan masa kecil ataupun kenangan bersama pasangan. Hujan juga bisa mewakili kesedihan seseorang yang putus harapan hingga orang yang putus cinta. Nah, untuk menggambarkannya kita membutuhkan karya yang tidak asing lagi yaitu puisi. Yap, puisi bisa mewakili perasaan kita, disaat kita sedih, senang, bahagia kita bisa mencurahkan semuanya kedalam puisi.
Baca Juga
Nah, bagi kalian yang sedang mencari puisi tentang hujan, saya sudah menyediakan puisi tema hujan lengkap yang bisa kalian gunakan untuk tugas sekolah ataupun yang lainnya. Berikut adalah 22 contoh puisi tentang hujan lengkap.
bungaraga.com |
Katakan Pada Hujan
Bambang Priatna
Rasa ini begitu mistis
Bagai bayangan rembulan
Sebening bergoyang
Ritmis
Terbelak mata memandang pucat
Celoteh berangin, parau
Kerutkan pelepah
Retak
Sesaat lagi 'kan senja
Katakan pada hujan
Bukan rayuan
Semoga
Hujan
Arya '17
Senja
Tanpa warna
Hanya mendung kelabu
Seakan langit sedang berduka
Petir
Memekak telinga
Disertai gemuruh gaduh
Rona jingga tertutup jelaga
Hujan Tak Bermentari
Altar Cinta / hadi
Hangat
Tak bermentari
Dingin tak bersalju
Pada musim yang berlalu
Hujan
Waktunya menyapa
Sampai pada masanya
Musim yang telah datang
Rindu Bergelantung
Agung Wig Patidusa
Malam menapakkan hujan kesunyian
Sayup-sayup rerintik mengerang
Petir memerah
Hujam!
Nada kelam napas bersenandung
Hiruk canda menjauh
Lebih jauh
Dijauhkan
Rindu bergelantung antara hening
Mencekam jerat-jerat Nala
Beradu kebisingan
Memuakkan
Kala Sukma memendam tanya
Akankah kumala singgah?
Menghangat cinta
Bertika
Sauh lusuh tak berlabuh
Menanti kasih terbasuh
Nyata bersentuh
Terengkuh
Kerinduanku
Ibenk Campret
Malam ini aku merindukanmu
Seperti rerumpun rumput
Nantikan hujan
Membasah
Bagai kehausan tengah sahara
Terkapar pula kerinduanku
Mengharap kasih
Darimu
Sayang
Datanglah padaku
Meski hanya sekejap
Cukuplah sebagai pelepas rinduku
Bagiku
Hanya dirimu
Yang mampu melenakanku
Ciptakan damai menyejuk jiwaku
Rindu Yang Bercadar
Bambang Priatna
Tolong ambilkan saputangan putih
Itu pemberianmu dulu
Saatku terbasah
Bersamamu
Kauusapkan kening mengayun lembut
Kuhanya terpejam menikmati
Seraya bayi
Tersayang
Dalam kobaran lentera kecil
Rintik masih terdengar
Malam terbuai
Kehangatan
Namun kini, hujan memelas
Tiada pengusap, rindu
Hanya helaan
Berkaca
Embun Jatuh Di Lamomea
Ibnu Nafisah
Fajar gelepar setelah malam
Usai hujan menghujam
Brigjend Katamso
Mengaso
Portal
Keringat nakal
Telanjang beku membinal
Celaka. Pos tertawa membrutal
Genderang mengerang tiga kali
Sial. Nyamur menghambur
Melingsir berkali-kali
Kumelacur
Kuning
Bawah lampu
Teriakan sepi kelening
Serulah panggilan hening beku
Embun jatuh di Lamomea
Memenjara jiwa anoa
Bungkam makian
Seruan-seruan
Gerbang
Terkubur sunyi
Pekat senyap menerjang
Lamomea terdiam dan sembunyi
Kerinduanku
Ibenk Campret
Merangkum gugusan jemari hari
Memutar kenangan lalu
Membakar rindu
Padamu
Dengarlah
Angin bernyanyi
Membawa rindu untukmu
Yang membeku membiru batu
Mungkin rembulan terlalu sunyi
Tuk kabarkan kerinduanku
Terhalang hujan
Memanjang
Dingin
Berselimut sunyi
Menunggu kabar tentangmu
Bahagiakah atau sengsara, entahlah
Mama
Ibnu Nafisah
Mamaku
Seonggok tanah
Darinya batang bertumbuh
Berdaun berbiji lalu berbunga
Sebagian hidupnya hitam berbatu
Kerikil tajam memenuhi
Patera merandu
Menggelayuti
Wajahnya
Berukir makna
Tempahan musim cuaca
Guratan kemarau hujan mendera
Ketika banjir datang meradang
Luka resah menghadang
Mengikis tangis
Meringis
Panas
Rekah memecah
Kering ronta mengganas
Melukai kadang rontok mendesah
Dipeluknya pohon rindu cintanya
Menidurkan seraya merayu
Membelai menyusu
Mendekapnya
Inangku
Selahan butala
Rahimnya terlahir aku
Sepohon ranting asa buana
Menembus Debu dan Angin
Rayhandi
Terjun dari sam'a biru
Menembus debu dan angin
Hinggap di julangan akar hijau
Masuk menyeruak ke kayu akar
Membekukan sepi hingga embun
Memberi minum hijau yang kering
Mengganti layu menjadi segar
Mengganti gersang menjadi basah
Saat tiba di ujung jalan
Rintik jatuh memecah tanah
Melayang memukul hampa
Membawa semua dingin ke tempat kekasih berada.
Musim Hujan
Rayhandi
Di sini hujan kasih
Berbalut selimut menghangat raga
Dingin terasa hingga sampai ke tangan
Merambah mencari celah
Hujan kali ini begitu berbeda
Berbeda karena di ujung malam
Sepi mencekam bosan
Bermain kantuk membutakan mata
Aku masih di sini
Masih menjadi beku yang tak hangat
Terasa sesak takkala tertatap
Mungkin dingin menjadi penawar
Atap dan daun rimbun jadi saksi
Bahwa bening mencumbu hijau
Terlarut basah meninggal subur
Penawar di musim kemarau.
Aku Suka Hujan
Rayhandi
Aku suka hujan
Ia mengingatkanku pada ratap
Ia mengikatku pada kasih
Ia menyeretku pada senja
Aku suka hujan
Basahnya mengoyak jiwaku
Basahnya melarutkan dukaku
Basahnya menyamari airmataku
Aku suka hujan
Dulu di bawah hujan
Cerita indah ku tulis
Bersama ia yang takhenti mengais
Aku suka hujan
Dengannya ratusan sajak ku kutat
Ribuan kata tergiang di tempurung otak
Milyaran bayang berjalan di sana
Aku suka hujan
Karena di setiap air yang jatuh
Ku ikat sepucuk doa kecil
Jatuh ke bumi membawa semuanya.
Terima Kasih Hujan
Rayhandi
Terima kasih hujan
Berkatmu kami tak kekeringan
Berkatmu kami bisa meneguk air
Berkatmu kami sehat
Terima kasih hujan
Berkatmu kami basah
Kami tak gersang
Kami selamat dari kekeringan
Terima kasih hujan
Karena guyuranmu
Tanaman tanaman hilang dari kering
Terima kasih hujan
Terima kasih hujan
Tanaman petani subur basah
Air di sumur banyak meruah
Semuanya karenamu hujan
Terima kasih hujan
Terima kasih kau telan turun
Semua hijau, air, katak besyukur
Karenamu mereka hidup
Terima kasih.
Kenangan di Basah Hujan
Rayhandi
Di basah itu memori tersangkut
Menyanyut ingat membara bayang
Terlihat warna di pucuk mata
Kurasa memori menari bernyanyi berputar
Masih teringat olehku
Kenyataan yang menggenggam
Hangat menguar melawan dingin
Terbawa sampai ke hulu hati
Aku tak ingin melupa
Rasa di bidang merah masih menyenja
Di bayang barat rasa itu kugantung
Bersama hujan ia melebur
Hujannya deras terasa
Merangkak mencari celah
Batu keras memukulku
Tergiang ingin mengapak
Aku belum larut menjadi abu
Aku masih menjadi ingatan yang takkan raib
Menjadi sepertiga kenangan yang hidup di hujan malam
Aku masih menjadi cerita untuk hari ini dan selamanya.
Hujan Malam Ini
hujan malam ini
menetes dari pipimu
mengalir di pelupuk sunyi
membasahi detak waktu
jejak-jejak
menulis sajak
di hujan malam ini
air matanya sendiri
barangkali matamu dan mata hujan
adalah dua hal yang tak bisa dipisahkan
serupa api kepada abu
seperti aku kepada kamu
Disaat Hujan di Suatu Sore
ditabur hujan kesunyian sore ini
menderas pada getar kata
sajak-sajak ditulis menepis sepi
melebur jarak dirinya
bunga-bunga tumbuh
di antara jendela, kursi, dan meja
pasti dikenalnya rindu
merekah pada nafasmu
ujung-ujung jari yang sedari dulu
menyentuhnya
melebur pada detak waktu
Saat Merindumu
merindumu adalah menemu sunyi
seperti gerimis menjumpai tangis
serupa puisi;
sebait kata pada tubuh sepi
dirinya sendiri
merindumu adalah menemu sunyi
seperti detak dalam tubuh sajak
serupa bunyi;
rima yang tak henti-henti
menyeru namanya sendiri
Hujan ini Turun Lagi
hujan ini turun lagi
untuk yang kesekian kali
mengingatkanmu
mengingatkanku
tentang rintik
soal waktu yang sedetik
hujan ini turun lagi
menetesi kedua pipi
membasahimu
membasahiku
tentang kenang
soal airmata yang berlinang
hujan ini turun lagi
dari kata yang kau namakan puisi
namamu
namaku
tentang cinta
soal rasa yang pernah singgah
hujan ini turun lagi
membekas di lubuk hati
Anggap Saja Hujan ini Adalah Aku
anggap saja hujan ini adalah kenangan,
meski rintik yang sedetik, tapi mampu
mengingatkan
anggap saja hujan ini adalah kerinduan,
meski rintik yang setitik, tapi mampu
mempertemukan
anggap saja hujan ini adalah aku,
meski sudah tak lagi deras, tapi tetap
membekas
Aku Rindu Hujan
aku rindu hujan
ditiap-tiap tetesan;
pada matamu
langit kesunyian
aku rindu hujan
ditiap-tiap percikan;
pada detakmu
gemuruh keheningan
aku rindu dirimu
ditiap-tiap hujan;
pada namamu
menderas kerinduan
Hujan Membawa Kenangan
Kenapa aku suka pada hujan?
Kerana ia membawa kelam yang gelap
Kerana ia membawa gelap yang redup
Kerana ia membawa redup yang sayup
Kerana ia membawa basah yang kuyup
Kerana ia membawa bayu yang bertiup…
Tidak!
Bukan begitu..
Jadi kenapa?
Tapi kerana
Ia memberi aku warna
Ia memberi aku bahagia
Ia memberi aku cinta
Ia memberi aku ‘dia’
Masihkah kau ingat ?
Hujan mempertemukan kita
Hujan menyatukan mereka
Hujan mengiringi langkah kita
Hujan menyertai tawa mereka
Aku suka hujan,
bersama hujan kita berlari mengenali diri
bersama hujan kita melirik penuh erti
bersama hujan kita tersenyum dalam hati
bersama hujan kita mengenal cinta sejati
aku suka hujan,
dari tiap butirnya aku belajar tentang kerinduan
lalu basahlah aku dalam kenangan
dari tiap titisnya aku belajar tentang cinta
lalu hanyutlah aku dalam kebahagiaan
aku suka hujan,
lalu kau???
Masihkah menyimpan kesukaan yang sama?
Saat kau memimpin tangan ku
Saat kau memayungi ku
Saat kau merenungku
Saat kau memberiku cinta
Hujan ada bersama-sama
Saat aku menerima cinta
Saat aku menjeling mesra
Saat aku hapuskan derita
Saat aku tinggalkan lara
Hujan ada bersama-sama
Saat kita dibuai kerinduan
Saat kita dihanyut percintaan
Saat kita dalam keriangan
Saat kita jalan bersisian
Hujan ada bersama-sama
Kerana itu aku suka hujan
Hujan membawa kau kepada ku
Dan harapku kau masih menyukai hujan
Kerana dalam hujan ada….
Kau
Aku
Kita
kenangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar