Puisi Alam - Puisi adalah sebuah karya sastra yang berbentuk tulisan. Puisi bisa menjadi ungkapan kita akan sesuatu yang kita lihat dan kita rasakan dengan kata kata yang imajinatif. Puisi punya banyak kategori seperti puisi cinta yang banyak disukai oleh kaum muda, puisi perpisahan yang biasa dilantunkan saat perpisahan sekolah ataupun perpisahan dengan sahabat. Nah, salah satu kategori puisi adalah puisi alam yang menggambarkan ketakjubkan keindahan alam yang sangat menawan. Keindahan alam di Indonesia memang terkenal sangat indah sehingga cocok untuk dijadikan bahan puisi. Berikut adalah contoh puisi yang menggambarkan keindahan alam Indonesia. |
pixabay.com |
Keemasan cahaya di cakrawala
Di ufuk barat saat hari mulai senja..
Terbelalak mata saat memandangnya
Keindahan dari sang maha pencipta..
Sang surya bersiap untuk tenggelam
Menjemput mesra ketenangan malam..
Meneguk cahaya dalam-dalam
Menyempurnakan keindahan malam..
Lembayung indah tampak kekuningan
Gradasi warna bagaikan lukisan..
Di sudut langit yang tipis berawan
Hiasan terbesar sepanjang zaman..
Sang Bulan Mengusap Lukaku
Senyuman manis sang bulan menyapaku..
Begitu indah mekarkan suasana hatiku..
Sejenak kuterdiam termangu..
Memandang indahnya yang tak pernah jemu..
Sinarmu terpancar mengusir gelap..
Menembus malam hadirkan terang..
Kunikmati cahayamu hangatkan malamku..
Bahagiakan rongga hati ini yang tersinari..
Bulan.. belailah jiwaku ini..
Yang begitu tegang menjalani hari..
Usaplah sesaknya asmara di dada ini..
Keringkanlah luka menganga dihati ini..
Bulan.. memandangmu membuatku mengerti..
Bahwa keindahan tak harus selalu didekati..
Bahwa keindahan tak harus selalu dimiliki..
Namun hanya untuk sekedar di pandang dan dikagumi..
Batu Kelapa
Dua muda bercermin cahaya,
sesaat terik melepas biasnya di perigi
harap. Jengkal waktu merayap malas, bertali
dua perempuan paruh nafas luruh di tepi daun kaca:
merayu sepasang batu kelapa, terpukul nyata.
Keajaiban bagai memikat beliung
rasa dua muda itu, dan gegas melambung
paruh demi sepasang batu kelapa;
memundak gersang terka.
Tak lama batu kelapa menanak
santannya di tempurung berekor bulu.
Mengasah dua muda untuk menilik: adanya
kisah batu di kelapa selepas gelap.
Potongan Surga Nusantara
Masih dalam renungan pagi
Saat burung berkata merdu
Menyanyi kicau sendu tentang alam hari ini
Disana terhampar potongan surga
Terlukis dalam ranah keindahan
Langit selaksa biru nan indah
Awan berarak mengikuti sang angin
Padi menunduk dalam kebersahajaan
Terhampar diatas permadani kuning alam pesawahan
Gunung terlihat gagah menjulang penuh digdaya
Pepohonan hijau berbaris menanti sang matahari
Inilah Indonesiaku,
potongan syurga yang Tuhan kirimkan kepada rakyat kita
Inilah Indonesiaku
Keindahan Lukisan TUhan yang tergores di kanvas negeriku
Inilah Indonesiaku
Hamparan Keindahan yang menghias tanah airku
Inilah Indonesiaku
Tanah kebanggaan hingga maut mengakhiri perpisahan
Awan
Bertebaran di angkasa
Putih, kelabu, dan hitam
Warna – warna menawan
Bergelombang mengombak-ombak
Tebal dan sangat indah
Bahkan sang bagaskara tak terlihat
Pelangi terlihat tak penuh
Karna sang selimut menutupinya
Jauh disana
Menyelimuti jagat raya
Tebal tipis
Beredar dimana-mana
Indah bukan buatan
Ingin rasanya memeluknya
Lembut dan menawan
Indah tak terperikan
Sawah
Sawah di bawah emas padu,
Padi melambai,melalai terlukai,
Naik suara salung serunai,
Sejuk di dengar,mendamaikan kalbu.
Sungai bersinar,menyilaukan mata,
Menyamburkan buih warna pelangi,
Anak mandi bersuka hati,
Berkejar-kejaran berseru gempita.
Langit lazuardi bersih sungguh,
Burung elang melayang-layang,
Sebatang kara dalam udara.
Desik berdesik daun buluh,
Di buai angin,dengan sayang
Ayam berkokok sayup udara
Kemana Perginya Alam Lestari
Dulu sering ku lihat hamparan hijau sawah beratapkan langit biru
Kiri kanan sawah, tengahnya sungai
Di antara gunung matahari terbit malu-malu
Namun sekarang kemana?
Lapisan tanah becek berwarna coklat setiap habis hujan
Kini tanahku berwarna abu
Lama kucari tanah becekku
Tapi kenapa sekarang tak nampak?
Cemara kehidupan tinggi menjulang
Menjadi rumah bagi banyak hewan buatan Tuhan
Sekarang cemaranya tidak berwarna hijau dan teduh
Tetap tinggi tapi banyak jendela, banyak lampu
Mengapa bisa begitu?
Sering banjir, sering longsor
Di barat ada asap bikin marah tetangga
Padahal dahulu tidak begitu
Ibu pertiwi cuma tersedu tapi tidak malu
Sayang sekali ibu pertiwi kini tidak hanya sedih
Menanggung pilu sambil tertatih
Anak-anaknya nakal semua
Biar dimarahi tapi tak pernah jera
Pantai
ditepi pantai
kupejamkan mata
lelah tak tau harus berbuat apa
tergeletak dihamparan pasir
dihiasi dengan ribuan sampah
Dari Bentangan Langit
Dari bentangan langit yang semu
Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang
Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantiasa diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.
Keindahan Alam Indonesia
Saat aku membuka mataku
Ku tak percaya bahwa itu nyata
Aku masih berpikir bahwa aku masih bermimpi
Tetapi aku sadar bahwa keindahan itu benar-benar ada di depanku
Sungguh indah kepulauan ini
Ribuan pulau-pulau berjajar
Membentuk gugusan pulau yang indah
Gunung-gunung berbaris dari ujung barat ke ujung timur
Samudra luas membentang
Dengan air yang biru
Dan berisi keindahan di bawahnya
Aku bangga menjadi anak Indonesia
Aku berjanji aku akan menjagamu
Tanah Airku
Angin berdesir dipantai
Burung berkicau dengan merdu
Embun pagi membasahi rumput-rumput
Itulah tanah airku
Sawahnya menghijau
Gunungnya tinggi menjulang
Rakyat aman dan makmur
Indonesiaku
Tanah tumpah darahku
Jaga dan rawatlah selalu
Disanalah aku dilahirkan dan dibesarkan
Disanalah aku menutup mata
Oh….. tanah airku tercinta
Indonesia jaya…..
Permainya Desaku
Sawah mulai menguning
mentari menyambut datangnya pagi
ayam berkokok bersahutan
petani bersiap hendak ke sawah
Padi yang hijau
siap untuk dipanen
petani bersuka ria
beramai–ramai memotong padi
Gemercik air sungai
begitu beningnya
bagaikan zamrud khatulistiwa
itulah alam desaku yang permai
Bulan Dan Matahari
siang ,
sering mengingatkan aku kepada matahari
Manakala malam,
sering mengingatkan aku kepada bulan,
keduanya saling melengkapi siang dan malam,
matahari tidak pernah lelah,
membiaskan cahayanya di kala siang,
manakala,
Bulan tidak pernah lupa,
menerangi malam malam ku,
percaturan alam tidak pernah silap,
Bulan dan Matahari,
Pada Suatu Hari Nanti
Pada suatu hari nanti,
Jasadku tak akan ada lagi,
Tapi dalam bait-bait sajak ini,
Kau tak akan kurelakan sendiri.
Pada suatu hari nanti,
Suaraku tak terdengar lagi,
Tapi di antara larik-larik sajak ini.
Kau akan tetap kusiasati,
Pada suatu hari nanti,
Impianku pun tak dikenal lagi,
Namun di sela-sela huruf sajak ini,
Kau tak akan letih-letihnya kucari.
Namaku Alam
Perkenalkan, namaku adalah alam
Aku adalah tempat tinggal bagi flora dan fauna
Dimana bagi hewan-hewan aku adalah rumah mereka
Tempat mereka bertumbuh
Berkembang biak, dan mencari makan
Melakukan semua aktivitas kehidupan alam
Bukan hanya hewan
Tumbuhan pun merasakan hal yang sama
Bagiku, tumbuhan adalah perhiasanku
Dan hewan, adalah peliharaanku
Aku juga slalu memberi kesejukan bagi penduduk bumi
Aku memberikan oksigen bagi manusia
Aku juga memberikan sumber daya bagi mereka
Memberikan mereka energi, kekuatan, perhiasan
Dan segalanya yang mereka butuhkan
Semua itu adalah pada saat bumi masih dalam keadaan stabil
Ketika bumi tidak dipenuhi orang orang serakah
Menggunakan sumber dayaku sesuai kebuhannya saja
Tapi kini…..
Manusia hanya memikirkan kepentingannya sendiri
Mereka tak pernah memikirkan aku
Mereka slalu ingin lebih atas apa yg telah diberi oleh – Nya
Ketamakan, kerakusan, pemborosan
Telah membawaku kepada kerusakan
Lihat apa yang telah mereka perbuat padaku
Setelah apa yang aku berikan pada mereka
Mereka membalasnya dengan merusakku
Menebang pohon pohonku
Memberikan polusi padaku
Memburu hewan hewanku
Dan merusak ozonku
Dengan zat zat yang dulu tak pernah ada di bumi ini
Sungguh perih hati ini rasanya
Apakah tak ada kesadaran sedikit pun dihati mereka?
Apakah tak ada rasa iba mereka atas rusaknya diriku?
Sungguh, sungguh, dan sungguh sangat miris hati ini
Kuduga lautmu tuhan
Semilir di hilir
Bertongkah arus keras mengalir
Derasnya sama dan kemas
Kerap dan malar selalu mengusir
Lalu bagaimana hendak kutulis
Seribu garit yang terguris
Sekadar calar
Perit di lengan dan betis
Ombak menunduk
Mematah bongkak leher berlekuk
Tika baru terkejar laut yang lepas
Katanya
“Jangan disia setitik pengalaman
Tiap masin itu peluhmu”
Muara dewasa pun tak luak berkata
menyeru ku kembali mengisi ruang
Katanya
“Kau masih belum bersedia
Dunia ini permainan tak berupa”
Mahu tak mahu
Ku tetap nelayanNya
Andai tak diduga bukan manusia
Selagi bernyawa, ku coba
Semua cabar dan uji rohani
Kan ada artinya
Ku jala pahala, menebar doa
Ku kail nikmat, dosa melekat
Ku tangguk sihat, tersedak sakit
Janji ku cuba,
janji ku duga
Tiap sukar dan sempurna
Selagi hati belum mati, selagi rasa bertapak di dada, selagi jiwa mendamba cahaya, selagi
jasad menuntut sihat, selagi hidup selubung sejahtera
Selagi itu, Kau Ku panggil yang Maha Esa
Indonesiaku
Indonesia pesona negeri nan indah
Cantiknya negeri membuat dunia terpesona
ragam budaya
ragam musik
ragam tarian dan bahasa
penuh mengisi indahnya nusantara
hutan yang asri
gunung yang hijau
lautan yang biru
dan semua kekayaan alamnya
tetap terjaga dan lestari
negeri dengan sejuta simponi
betapa indahnya negri ini
Indonesia….
indahnya Indonesia…….
Indonesiaku Hijau
Secercah harapan kunanti
Melihat Indonesiaku hijau
Kapan dan kapan
ia semakin tua
Oh…Indonesia
Kulihat engkau memutih
Tergerai dentuman industri
engkau semakin redup
Oh…Indonesia
Kapan aku menatapmu hijau
Dengan semburat angin sepoi
Kuingin habiskan sisa hidupku
Tuk melihatmu tersenyum
Alam dilembah semesta
Angin dingin kelam berderik
Kabut putih menghapus mentari
Tegak cahyanya menusuk citra
Pahatan Gunung memecah langit
Berselimut awan beralas zamrud
Tinggi . . . Tajam . . .
Sejak waktu tidak beranjak
Di sanalah sanubari berdetak
Sunyi sepi tak beriak
Cermin ilusi di atas danau
Menikung pohon yang melambai warna
Di celah kaki-kaki menjejak karya-karyaNYA
Di manakah aku berada?
Di mana jiwa tak mengingat rumah
Di saat hidup serasa sempurna
Sungguh jelita permadani ini
Terbarkan pesona di atas cakrawala
Tak berujung di pandang lamanya
Serasa bertualang di negeri tak bertuan ALAM
Derai Cemara Udang
Angin pantai disela gerimis
Mendera pelan, sejenak
Berteduh di bawah
Pohon-pohon cemara udang
Kemudian lenyap ke arah
Gubuk-gubuk bambu yang reot
Tanpa atap di tepian jalanan pantai
Senja ini..
Tiada yang romantis atau membiuskan angan
Ke dalam khayal yang beku
Dan ratusan hari terkubur diam
Pantai ini telah sepi..
Hanya derai cemara udang..
Hanya rintik gerimis yang tidak kunjung reda
Tidak juga menjadi hujan deras
Ada yang berubah
Pantai ini merubah dirinya menjadi teduh, hijau
Dan di beberapa sudut tumbuh padang rumput
Ada cemara udang, perahu nelayan
Yang sepuluh tahun yang lalu belum kulihat
Ini adalah pantai kenangan
Sabda Bumi
Belum tampak mendung merenung bumi
Seberkas haru larut terbalut kalut dan takut
Terpaku ratap menatap Jiwa-jiwa penuh rindu
Hangatkan dahaga raga yang sendu merayu
Bulan tak ingin membawa tertawa manja
Kala waktu enggan berkawan pada hari
Saat bintang bersembunyi sunyi sendiri
Terhapus awan gelap melahap habis langit
Bulan memudar cantik menarik pada jiwa ini
Hitam memang menang menyerang terang
Tetapi mekar fajar bersama mentari akan menari
Bersama untaian senandung salam alam pagi.
Bencana Melandaku
Lewat suara gemuruh di iringi debu bangunan yang runtuh
Tempatku nan asli terlindas habis
Rumah dan harta benda serta nyawa manusia lenyap
Kau Lalap habis aku kehilangan segalanya
Mata dunia Terpengarah menatap heran
Memang kejadian begitu dasyat
Bantuan dan pertolongan mengalir
Hati manusia punya Nurani
Tuhan… Mengapa semua ini terjadi..!
Mungkin kami telah banyak Mengingkari mu
Mungkin kami terlalu bangga dengan salah dan Dosa-dosa
Ya… Tuhan ampunilah kami dalam segala dosa.
Kemana Perginya Alam Lestari
Dulu sering ku lihat hamparan hijau sawah beratapkan langit biruk
iri kanan sawah, tengahnya sungai
Di antara gunung matahari terbit malu-malu
Namun sekarang kemana?
Lapisan tanah becek berwarna coklat setiap habis hujan
Kini tanahku berwarna abu
Lama kucari tanah becekku
Tapi kenapa sekarang tak nampak?
Cemara kehidupan tinggi menjulang
Menjadi rumah bagi banyak hewan buatan Tuhan
Sekarang cemaranya tidak berwarna hijau dan teduh
Tetap tinggi tapi banyak jendela, banyak lampu
Mengapa bisa begitu?
Sering banjir, sering longsor
Di barat ada asap bikin marah tetangga
Padahal dahulu tidak begitu
Ibu pertiwi cuma tersedu tapi tidak malu
Sayang sekali ibu pertiwi kini tidak hanya sedih
Menanggung pilu sambil tertatih
Anak-anaknya nakal semua
Biar dimarahi tapi tak pernah jera
Indahnya Alam Negeri Ini
Kicauan burung terdengar merdu
Menandakan adanya hari baru
Indahnya alam ini membuatku terpaku
Seperti dunia hanya untuk diriku
Kupejamkan mataku sejenak
Kurentangkan tanganku sejenak
Sejuk, tenang, senang kurasakan
Membuatku seperti melayang kegirangan
Wahai pencipta alam
Kekagumanku sulit untuk kupendam
Dari siang hingga malam
Pesonanya tak pernah padam
Desiran angin yang berirama di pegunungan
Tumbuhan yang menari-nari di pegunungan
Begitu indah rasanya
Bak indahnya taman di surga
Keindahan alam terasa sempurna
Membuat semua orang terpana
Membuat semua orang terkesima
Tetapi, kita harus menjaganya
Agar keindahannya takkan pernah sirna
Puisi Pantai
Kubiarkan ombak mengusap
kedua kakiku seperti menari-nari
dalam buaian keriaan kalbumu
kupandang jauh
Jauh di ufuk kebiruan berpadu
yang menyatukan langit dan laut
namun waktupun sekejap berlalu
beranjak dari pesona
Dengan hamparan pasir putihmu
debur ombak yang berdebar
dan keceriaan anak-anak tertawa
tersenyum serta lesung pipimu
bak guratan pasir jemari-jemari lentik
yang sesekali gelombang menyapanya
waktu yang tak pernah kembali
berjalan bahkan berlari
Ijinkanlah kutemui
bukan sekedar untaian mimpi
kan kubasuh kakiku di pantaimu
Lautan Yang Indah Dan Tenang
Lautan yang indah dan tenang
Terlihat ikan yang sedang bergurau riang
Dibalik terumbu karang yang tampak kokoh
Bersama tanaman laut yang bergerak indah
Manusia yang melihat itu sangat terpesona
Ikan ikan berenang dengan ceria
Air laut tampak tenang dan tidak bergelombang
Suasana lautan sangat nyaman dan tenang
Panorama Alam Kintamani
Ketika ku memasuki areamu
Kuhirup hawa sejuk
Mengalir langsung ke relung hatiku
Seakan-akan alam semesta ramah menyambutku
Wow ajaib karya Tuhan
Dia telah merancangkan sgala yang luar biasa
Lihatlah karya tanganNya
Panorama alam Kintamani
Amazing…
Kintamani begitulah orang menyebut dirimu
Rangkaian pegunungan
Pepohonan
Bunga-bunga
Menyemarakkan alam Kintamani
Melihatmu…
Menikmatimu…
Sungguh dapat melepaskan stress
Memberi ruang baru dalam hidupku
Memberi kesegaran jiwa raga
Terimakasih Kintamani
Syukur bagiMu Sang Maha Kuasa
Tangan Tak Bertanggung Jawab
Hancur segalanya
Akibat yang sederhana
Namun berat nan besar
Terlihat biasa namun menghancurkan
Udara yang segar Kini tak terhirup kembali
Burung yang sering berkicau
Kini tak tampakkan keelokkannya lagi
Api membara Terus membakar
Khalayak rayap pemusnah
Harapan yang musnah
Ribuan orang penuh kesedihan
Tangis menyayat hati
Kesengsaraan bertubi – tubi
Bagai beban diatas gunung
Yang tertimbun padat
Bagai punuk gunung
Hamparan padang rumput
Subur nan hijau
Telah berubah hitam
Tak terlihat
jernihnya air Tak terlihat habitat disana
Mereka pergi mencari perlindungan
Jangan salahkan !
Bila mereka mengancam warga
Memangsa hewan ternak
Hinggga berbuat kerusakan
Mereka berlarian mencari makanan
Kehidupannya telah direnggut
Oleh tangan tangan tak bertanggung jawab
Sungguh siksaan bagi hewan hewan disana
Keindahan Alam
Batapa indahnya alam ini
Laut berombak-ombak
Awan berarak-arak
Udara segar bertiup-tiup
Aku berdiri di atas gunung,
Berdiri di bawah langit
Untuk melihat keindahan alam,
Keindahan dunia
Aku mempertaruhkan nyawa,
bertahan diri di atas gunung
Demi melihat keindahan alam
keindahan ciptaan Tuhan
Gunung Yang Telah Lama Gersang
Aku dulu dilahirkan dalam alam yang permai
Dibuai dalam lindungan alam yang indah
Yang selalu mengingatkan aku pada belaian pertiwi
Selalu bersenandung rindu dalam dekapan alam
Semua kini telah dalam pandangan
Entah ke mana dan menjadi apa alam yang ku kenang dulu
Bagai ditelan dalam rakusnya manusia jahanam
Yang tiada belas kasihan dalam hidupnya
Selalu terasa pedih di hati ini
Tersayat sembilu dalam jiwa-jiwa yang kerdil
Terluka dan terobek sampai ke dalam sanubari
Tiada berbekas akan sakitnya hati
Kemana kan kucari lagi
Indahnya alam yang telah melahirkanku
Kemana aku mengadu untuk kembalinya alam permaiku
Semua telah gersang tanpa kendali dan manusia tinggal menuai bencana
Kutunggu manusia-manusia baru untuk berkarya
Tiada akal yang bisa menggapai
Entah kapan akan kembali
Gunung dan lembah yang kembali bersemi lagi
Keindahan Alam Ternodai
Sungguh betapa indahnya alam ini
Hutan lebat nan hijau
Dengan beragam tumbuhan unik di dalamnya
Gunung-gemunung yang tinggi menjulang
Yang ketinggiannya mencakar langit
Laut biru yang amat luas seluas mata memandang
Akan tetapi…
Tangan-tangan manusia dengan seenaknya merusak alam
Pohon-pohon ditumpas habis tak bersisa
Sungai-sungai ternodai limbah pabrik
Hutan-hutan dibakar habis tak keruan
Mengapa manusia merusak alam?
Bukankan alam sendiri yang menyediakan kebutuhan manusia?
Padahal manusia akan terkena dampaknya
Jika mereka merusak alam
Minggu Pagi
Kapan kali terakhir kita merasakan mata yang memandangi sibuknya burung gereja,
hinggap diantara ruas pohon muda,
tarikan nafas lega sedalam dalamnya,
tak mendengar bunyi klakson dan getar motor menyala,
hanya bunyi ayam jantan dan burung gereja,
masihkah kita sempat menikmati dingin dan malasnya minggu pagi,
Mungkin disaat inilah, kebaikan, kejujuran, rendah hati, keikhlasan, ke pasrahan, kesabaran,
empati, memperlihatkan segala potensinya,
yang mungkin telah lama terus-terusan dijejali pil tidur dan di nina bobok kan oleh
keserakahan, kesombongan, intoleran, kemarahan, kebohongan, kepura-puraan.
Indahnya Alam Ini
Batapa indahnya alam kita ini
Ombak bergemuruh
Udara senyuk menentramkan
Domba putihpun terbang menuju kemari
Kita berdiri dengan beralaskan tanah
Kita berdiri dengan beratapkan langit
Untuk melihat keindahan alam sekitar
Keindahan alam yang terhampar luas
Akan ku pertaruhkan nyawa ini
Akan ku pertahankan raga ini
Bertahan pada tanduk sebuah gunung
Demi kagumi keindahanmu
Bumi Bersabda
Belum nampak mendung menutupi langit
Seberkas haru yang larut terbalut kalut dan takut
Terpaku ratap menatap jiwa yang penuh rindu
Sejukkan dahaga jiwa serta sendu merayu
Bulan tak ingin membawakan tawa manja
Kala waktu tak ingin berkawan pada malam
Saat bintang bersembunyi berharap sunyi sendiri
Terhapus awan gelap yang menutupi langit
Bulan tampil dengan cantik menarik pada jiwa ini
Hitam memang menang menutupi terang
Namun sang fajar bersama mentari akan menari
Bersama senandung salam pada alam pagi.
Desa Yang Damai
Kau adalah tempat yang terindah
Jauh dari ramainya kota
Yang penuh dengan kesibukan
Dan kemacetan
Tempatmu yang penuh dengan pepohonan
Menjadikanmu tempat yang damai
Jauh dari kebisingan kota
Yang selalu melanda
Kau adalah tempat yang indah
Dengan barisan bukit dan pepohonan
Kau membuat manusia selalu ingin
Hidup di tempatmu
Bintang
Saat malam tiba dengan langit yang gemerlap
Saat itu pula akupun mulai tersenyum
Melihat bintang dengan berpijar
Bagaikan tebaran harap pada kehidupan
Namun hatiku kian murung
Saat awan hitam mulai menutupi langit
Saat bintang itu mulai tertutup gelap
Bahkan saat sinarnya mulai meredup tak terlihat
Saat terangnya menghiasi langit
Sering ku pandangi bintang yang paling terang
Dan ingin rasanya ku petik untuk manjakan hati
Agar hidupku ini penuh dengan harapan
Keelokan Alam
Saat aku perlahan membuka mataku,
ku tak percaya bahwa itu nyata
Aku masih berpikir, mungkin aku masih bermimpi
Namun aku sadar bahwa keindahan itu nyata
Sungguh elok terlihat
Lautan biru terbentang luas
Gunung yang berbaris tak beraturan
Langit yang berhiaskan pelangi
Yang memiliki keindahan satu sama lain
Deburan Ombak
Ombak yang menerjang di laut
Saling berkejar memecah di batu karang
Menghempasnya, hingga terlihat aneka keong
Yang bertebaran dari dasar lautan
Ombak yang menerjang terdengar tiada henti
Seolah memberikan pesan pada kita
Bahwa alam ini tercipta begitu indah
Yang memberikan kenyamanan pada kita
Indahnya Pemandang Ini
Burung yang berkicau dengan merdu
Menandakan tibanya hari baru
Indahnya luas alam ini membuatku terpana
Seperti dunia ini hanya milik ku
Kupejamkan mataku untuk sejenak
Kurentangkan tanganku untuk sejenak
Sejuk, senang, dan bahagia kurasakan
Membuatku seakan melayang tinggi
Wahai pencipta alam semesta
Kekagumanku sukar untuk kupendam
Keindahan Hutan
Awan yang kelabu telah pergi
Suara guntur yang menggelegarpun telah sunyi
Hujan dari langit tak turun turun
Tanah yang kering telah menjadi basah
Tumbuhan yang kering telah subur kembali
Sungai yang dangkal jadi penuh
Binatang mulai mengeringkan tubuhnya dari kebasahan
Pohon mulai menyerap air dengan akar-akarnya
Begitulah keadaan kita setelah hujan
Semoga saja tetap begitu seterusnya
Demi keselamatan seluruh umat manusia
Keramaian Laut
Mendadak ramainya laut
Angin yang menyeret deburan ombak
Hingga menuju ke tengah luasnya samudera
Sedangkan di pinggir pantai
Ramainya orang menari
Undangan dari sehamparan laut
Yang datang dari segala penjuru
Melihat mereka yang sedang menari
Hingga menjelang akhir pertemuan
Datang,
Datanglah kembali dari segala penjuru
Sepinya laut kami hingga menjadi ramai
Dengan alunan lagumu yang sarat akan cinta.
Desaku Yang Permai
Mulai menguningnya sawah
Pagi yang disambut sang mentari
Membuat ayam berkokok di segala penjuru desa
Petani bersiap menuju sawah
Padi yang menunduk
Pertanda siap dipanen
Petani pun bergembira
Bersama memanen padi
Aliran air di sungai
Bening bak bentangan kaca
Segar membasuh jiwa dan raga
Begitulah permai nya alam desaku.
Indahnya Bumi
Saat mata ini ku buka
Sinar pagi menembus bening kaca jendela
Seharum mawar merah nan merekah
Jendela ku buka
Udara segar ku hirup
Kabut tebal ku lihat masih menyelimuti pagi
Daun yang basah karena tetesan embun
Telinga mendengar kicauan merdu
Kulit terasa di tembus angin pagi
Melihat awan seputih bunga mawar
Hingga langit bak lautan samudera
Hari baru yang siap ku hadapi
Dengan indahnya bumi pertiwi
Nah itulah kumpuan puisi bertema keindahan alam. Semoga bermanfaat bagi kalian. Jangan lupa untuk baca puisi lainnya seperti puisi ibu, puisi cinta, puisi persahabatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar